Marselino Ferdinan Resmi Gabung AS Trencin, Klub Slovakia Milik Legenda Ajax Tschen La Ling

Marselino Ferdinan--
DISWAYKALTENG.ID - Kabar terbaru datang dari pesepak bola muda kebanggaan Indonesia, Marselino Ferdinan. Pemain berusia 20 tahun ini resmi diperkenalkan sebagai rekrutan baru AS Trencin, klub kasta teratas Liga Slovakia, pada Sabtu (6/9/2025).
Marselino bergabung dengan status pinjaman dari Oxford United, setelah sebelumnya namanya tidak masuk dalam daftar 28 pemain yang dipersiapkan klub Inggris itu untuk kompetisi Championship 2025/2026.
Dalam pernyataan resmi, Oxford United menulis:
“Oxford United mengonfirmasi bahwa gelandang Marselino Ferdinan telah bergabung dengan klub Slovakia, AS Trencin, dengan status pinjaman hingga akhir musim. Pemain tim nasional Indonesia berusia 20 tahun ini akan berangkat ke Slovakia untuk menimba pengalaman berharga di tim utama Liga Slovakia.”
BACA JUGA:Patrick Kluivert Ubah Wajah Timnas Indonesia, Ungkap Alasan Gunakan Formasi Baru Kontra Taiwan
Jejak Pemain Indonesia di AS Trencin
Kedatangan Marselino Ferdinan bukan kali pertama pemain Indonesia membela AS Trencin. Pada 2022, Witan Sulaeman juga sempat berkostum klub ini. Witan mencatatkan 10 penampilan di Liga Slovakia dan berhasil menyumbang satu gol.
Kehadiran Marselino tentu kembali membuka peluang pemain Indonesia bersinar di kancah Eropa Tengah. Apalagi, AS Trencin dikenal sebagai klub yang rajin memberi menit bermain kepada pemain muda.
AS Trencin, Klub Milik Legenda Ajax
AS Trencin mungkin terdengar asing bagi sebagian penggemar sepak bola Indonesia. Klub ini baru resmi berdiri pada 1992, tetapi memiliki sejarah menarik karena dimiliki oleh Tschen La Ling, legenda Ajax Amsterdam.
La Ling, yang pernah bermain bersama Johan Cruyff pada era 1975–1982, mengakuisisi 80 persen saham AS Trencin pada 2007. Sejak itu, klub menjalani transformasi besar-besaran.
BACA JUGA:Laga Indonesia vs Lebanon: Pelatih Radoluvic Respek, Sebut Garuda Lawan yang Sangat Kuat
Hasilnya, AS Trencin pernah meraih dua gelar juara Liga Slovakia dan dua trofi Slovnaft Cup dalam periode emas 2014–2016.
“Sebagai pemain, Anda hanya berpikir bagaimana merebut trofi. Namun sebagai pemilik klub, Anda sadar keberhasilan datang dari kerja keras semua pihak—staf, sponsor, hingga pemain. Karena itu kepuasan rasanya jauh lebih besar,” ungkap La Ling, dikutip dari Sme Daily.
Koneksi Erat AS Trencin dengan Timnas Indonesia
Menariknya, kepindahan Marselino Ferdinan ke AS Trencin makin relevan dengan Indonesia karena adanya jejaring sepak bola yang menghubungkan klub ini dengan PSSI.
-
Johan Cruyff, rekan La Ling di Ajax, adalah ayah Jordi Cruyff, penasihat teknis PSSI saat ini.
-
Simon Tahamata, juga eks rekan setim La Ling di Ajax, kini menjabat Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia.
-
Gerald Vanenburg, mantan rekan La Ling, kini bertugas sebagai pelatih kepala Timnas U23 Indonesia.
Dengan koneksi ini, AS Trencin bisa menjadi jembatan strategis untuk pengembangan pemain Indonesia di Eropa.
Filosofi Klub: Mandiri dan Penghasil Talenta
BACA JUGA:FC Twente Resmi Pecat Joseph Oosting, Mees Hilgers Punya Peluang Bertahan?
Tschen La Ling pernah menegaskan bahwa visi utamanya adalah membangun AS Trencin sebagai klub mandiri, baik secara olahraga maupun ekonomi.
“Kami ingin bermain sepak bola yang bagus dan menghibur fan. Kami bukan Barcelona, kami Trencin. Harus berpijak di bumi,” ujarnya dalam wawancara dengan Sport.sk.
Salah satu bukti keberhasilan filosofi ini adalah munculnya Leon Bailey, winger asal Jamaika. Setelah ditempa di AS Trencin, Bailey dilepas ke Genk dengan harga 1,4 juta euro. Kariernya kemudian melejit di Bayer Leverkusen, Aston Villa, hingga kini dipinjamkan ke AS Roma.
Harapan untuk Marselino Ferdinan
Bagi pecinta sepak bola Tanah Air, kepindahan Marselino Ferdinan ke AS Trencin jelas membawa harapan besar. Dengan usia muda dan pengalaman internasional bersama Timnas Indonesia, Marselino diharapkan bisa berkembang pesat dan mengikuti jejak sukses pemain seperti Leon Bailey.
Dengan pola pengembangan pemain muda ala AS Trencin, Marselino berpotensi menjadi aset berharga bukan hanya untuk klub, tetapi juga bagi masa depan sepak bola Indonesia di level internasional.
Sumber: