Kalteng Gencar Cegah Pernikahan Usia Dini Lewat Edukasi Pelajar: 'Pelajar Bisa Jadi Agen Perubahan'

Pernikahan DIni--
DISWAYKALTENG.ID - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menunjukkan keseriusannya dalam mencegah perkawinan usia dini, salah satu isu sosial yang masih menghantui masa depan generasi muda.
Kali ini, upaya tersebut diwujudkan lewat kegiatan sosialisasi Pencegahan Perkawinan Usia Anak yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kalteng di SMAN 3 Palangka Raya, Kamis (31/7/2025).
Kegiatan ini menyasar langsung 75 pelajar sebagai peserta aktif, dengan pendekatan edukatif dan interaktif. Sosialisasi ini merupakan bagian dari strategi pencegahan perkawinan anak berbasis pendidikan, yang dinilai efektif untuk menanamkan kesadaran sejak dini terhadap bahaya dan risiko menikah di usia belum matang.
Tantangan Serius: Pernikahan Anak Masih Terjadi
BACA JUGA:Kalteng Siap Tembus IKN Lewat Jalan Tol Langsung, Waktu Tempuh Dipangkas dari 18 Jam Jadi 6 Jam!
Kepala DP3APPKB Kalteng, Linae Victoria Aden, dalam sambutannya menekankan bahwa perkawinan usia anak masih menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama.
“Anak-anak adalah generasi penerus yang harus kita persiapkan dengan baik agar menjadi insan yang tangguh, berkualitas, dan berdaya saing. Mereka juga kelompok rentan yang membutuhkan perhatian khusus agar tidak menjadi korban kekerasan atau perkawinan usia dini,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa pelibatan seluruh elemen sekolah seperti guru, lingkungan sekolah, bahkan teman sebaya sangat penting dalam mendeteksi dan mencegah kasus-kasus yang terjadi diam-diam.
“Pelajar dapat menjadi agen perubahan. Mereka bisa mendeteksi secara dini dan memberikan dukungan kepada teman sebaya yang mengalami kekerasan atau terancam masuk ke dalam pernikahan anak,” tambah Linae.
Dampak Kesehatan: Ancaman Nyata bagi Masa Depan
Salah satu narasumber dalam acara ini adalah Alogo Ocktavianus Karuban Parasian dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalteng. Ia memaparkan betapa pernikahan usia muda berdampak langsung pada kesehatan reproduksi dan kehamilan.
“Anak perempuan yang hamil di usia muda berisiko mengalami komplikasi kehamilan, persalinan prematur, bahkan kematian ibu dan bayi. Selain itu, anak yang dilahirkan dari pernikahan usia dini berisiko tinggi mengalami stunting,” jelasnya.
Pernikahan dini juga membuat anak putus sekolah, kehilangan masa pertumbuhan dan kesempatan mengembangkan potensi secara maksimal.
Pendekatan Psikologis: Lingkungan yang Suportif Itu Penting
Selain dari sisi medis, kegiatan ini juga menghadirkan Psikolog HIMPSI Kalteng, Ari Pamungkas, yang membahas tentang pentingnya lingkungan sosial yang suportif.
Menurut Ari, keputusan anak untuk menikah muda kerap dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, keluarga, hingga hubungan yang tidak sehat.
“Peran teman sebaya sangat besar. Dukungan emosional, bimbingan, dan empati dari rekan sebaya bisa menjadi penangkal keputusan keliru di usia remaja,” jelasnya.
Ia mengajak para pelajar untuk lebih terbuka, saling peduli, dan berani melaporkan jika ada teman atau kenalan yang terjebak dalam rencana pernikahan usia dini.
Sinergi Berbagai Pihak Jadi Kunci
Sosialisasi ini bukan hanya menjadi ajang edukasi, tetapi juga menjadi momentum penguatan sinergi antara pemerintah, sekolah, tenaga medis, psikolog, dan tentu saja pelajar.
Pemerintah Provinsi Kalteng berharap kegiatan serupa akan terus digelar di sekolah-sekolah lain demi membentengi generasi muda dari jerat pernikahan anak yang dampaknya sangat luas—baik dari sisi kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga psikologis.
Sumber: