Pengamat Desak Suporter Boikot Tiket Timnas Indonesia: Sepak Bola Milik Rakyat, Bukan Pundit!

Pengamat Desak Suporter Boikot Tiket Timnas Indonesia: Sepak Bola Milik Rakyat, Bukan Pundit!

Suporter Timnas Indonesia--

DISWAYKALTENG.ID - Suara keras datang dari Iwal Burhani, pengamat sepak bola asal Bandar Lampung, yang menyerukan agar pecinta Timnas Indonesia berani mengambil sikap tegas terhadap PSSI.

Dalam pernyataannya pada Selasa, 14 Oktober 2025, Iwal menilai bahwa fanatisme sepak bola modern justru sering membuat suporter menjadi pihak yang paling dirugikan.

Menurutnya, saat ini para suporter sudah berkontribusi besar dengan membeli tiket mahal dan berlangganan layanan streaming demi mendukung skuad Garuda. Namun, sayangnya, suara mereka justru tidak pernah didengar oleh federasi.

“Sikap kita harus tegas agar federasi mau mendengar kita, bukan pundit. Kita beli tiket mahal dan langganan streaming demi timnas! Jadi PSSI harus tahu itu,” ujar Iwal Burhani tegas.

BACA JUGA:PSSI Siapkan Liga Putri 2027, Hydroplus Soccer League Jadi Fondasi Emas

Hentikan Dukungan Finansial ke Timnas Indonesia

Dalam pernyataannya, Iwal bahkan mengajak seluruh fans Timnas Indonesia untuk berhenti membeli tiket dan berhenti berlangganan pertandingan Timnas Indonesia, setidaknya sampai PSSI mau benar-benar mendengar aspirasi publik sepak bola.

Menurutnya, langkah ini bukan bentuk kebencian terhadap tim nasional, melainkan aksi simbolik agar suara rakyat benar-benar didengar.

“Sepak bola milik rakyat, bukan segelintir pundit. Rakyat enggak ada yang mau pecat Shin Tae-yong, tapi PSSI enggan mendengar,” ujarnya.

Iwal menilai kepemimpinan di tubuh federasi saat ini seperti “auto pilot” — berjalan tanpa arah dan tidak berpihak pada kepentingan suporter maupun perkembangan sepak bola nasional yang berkelanjutan.

Keken Ismitama: “Ungkapan Iwal Masih Masuk Akal”

Sementara itu, Keken Ismitama, pemerhati Bhayangkara Presisi Lampung FC, turut menanggapi pernyataan Iwal Burhani tersebut.
Menurutnya, meski terdengar ekstrem, pernyataan Iwal justru berlandaskan pada logika yang masuk akal dan mewakili perasaan mayoritas fans sepak bola di Indonesia.

“Penilaian pertandingan bola itu mudah dan tidak perlu jadi pundit. Komentator penting, tapi sebatas meramaikan suasana. Suporter yang membayar tiket mahal justru harus jadi prioritas dalam kebijakan manajemen,” ungkap Keken, juga pada Selasa, 14 Oktober 2025.

Ia menambahkan bahwa mayoritas fans maupun legenda sepak bola Indonesia sejatinya masih mendukung penuh pelatih Shin Tae-yong.

Sayangnya, menurut Keken, federasi tampak lebih sering mendengar opini para komentator ketimbang suara para suporter sejati.

“Tidak ada suporter Indonesia yang ingin Shin Tae-yong pergi, bahkan para legenda seperti BP (Bambang Pamungkas), Rocky Putiray, sampai Carrascao pun menghargai kerja keras Shin,” tambahnya.

BACA JUGA:Dua Tiket Terakhir Piala Dunia 2026 Zona Asia Diperebutkan: Siapa yang Lolos?

Shin Tae-yong Masih Layak Dipertahankan

Lebih jauh, Keken menilai Shin Tae-yong sudah bekerja dengan konsisten dan memiliki visi jangka panjang untuk Timnas Indonesia.
Dengan durasi lima tahun melatih, pelatih asal Korea Selatan itu disebut berhasil membangun pondasi kuat — baik dari sisi disiplin pemain maupun struktur permainan.

“Membangun sistem enggak cukup waktu setahun. Coach Shin sudah bekerja sampai lima tahun. Kalau dia bukan pelatih bagus, analisisnya di Round 4 Kualifikasi kemarin enggak mungkin terbukti,” ucap Keken.

Ia juga mengapresiasi bagaimana Shin mampu menularkan pemahaman taktik kepada tim pelatih dan staf lokal, termasuk kepada mantan penerjemahnya, Jeje, yang kini sering menjadi pembicara dalam analisis sepak bola nasional.

Jeje dan Bung Harpa Jadi Bukti Dampak Shin Tae-yong

Keken bahkan menyoroti perbincangan antara Jeje dan Bung Harpa dalam salah satu episode podcast pasca-kekalahan Timnas Indonesia dari Arab Saudi.
Menurutnya, pembahasan taktik mereka menunjukkan peningkatan signifikan dalam cara berpikir dan menganalisis sepak bola.

“Coba kalian tonton analisis Jeje dan Bung Harpa setelah kekalahan dari Arab. Itu luar biasa dalam memahami taktik. Bahkan pundit kita saja enggak kepikiran sejauh itu,” puji Keken.

 

Hal itu disebut sebagai bukti nyata bahwa Shin Tae-yong tidak hanya melatih tim, tetapi juga mengedukasi insan sepak bola Indonesia untuk berpikir secara ilmiah dan analitis.

Sumber: