Patrick Kluivert Gagal Bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026, Alex Pastoor Diusulkan Jadi Pelatih Baru

Alex Pastoor--
DISWAYKALTENG.ID - Kegagalan Patrick Kluivert membawa Timnas Indonesia menembus Piala Dunia 2026 menjadi pukulan telak bagi publik sepak bola Tanah Air.
Harapan besar yang sempat membumbung tinggi kini harus kandas di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia zona Asia (AFC), setelah skuad Garuda menelan dua kekalahan beruntun.
Publik kecewa, dan desakan agar PSSI segera mengevaluasi posisi Kluivert pun makin menguat. Di tengah gelombang kritik itu, pengamat sepak bola nasional Anton Sanjoyo menyarankan agar federasi melakukan penyegaran di kursi pelatih.
Menurutnya, sudah saatnya asisten pelatih Alex Pastoor diberi kesempatan menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia.
“Kalau saya, prefer diganti lah. Timnya digeser, Alex Pastoor jadi head coach, Denny Domingues Landzaat asistennya,” ujar Anton Sanjoyo yang akrab disapa Bung Joy, dikutip dari Kompas.com, Selasa (14/10/2025).
“Kluivert suruh pulang aja ke Belanda, enggak usah dipakai. CV Alex Pastoor mentereng dan lebih bagus, jadi enggak perlu keluar biaya tambahan lagi,” tambahnya.
BACA JUGA:PSSI Siapkan Liga Putri 2027, Hydroplus Soccer League Jadi Fondasi Emas
Dua Kekalahan Beruntun Jadi Titik Balik
Timnas Indonesia di bawah asuhan Patrick Kluivert gagal tampil konsisten pada ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Setelah takluk dari Arab Saudi 2-3, skuad Garuda kembali menelan kekalahan tipis 0-1 dari Irak. Hasil tersebut memastikan Indonesia tersingkir dari persaingan menuju Piala Dunia 2026.
Padahal, performa Timnas Indonesia di ronde sebelumnya cukup menjanjikan. Namun, di fase ini, taktik Kluivert dinilai kurang adaptif terhadap pola lawan yang lebih agresif.
Anton menilai kekalahan itu menunjukkan bahwa tim kehilangan arah permainan, terutama di babak kedua, dan minim penyesuaian taktik.
“Kluivert punya nama besar, tapi pendekatan taktikalnya belum cocok untuk karakter pemain Indonesia. Kita butuh pelatih yang lebih dekat dan bisa memotivasi,” ujarnya.
Sikap Kluivert Tuai Sorotan
Selain hasil di lapangan, sikap Kluivert setelah kekalahan dari Irak juga mendapat sorotan tajam.
Ketika seluruh pemain dan staf Timnas Indonesia menghampiri tribune suporter Garuda untuk meminta maaf, pelatih asal Belanda itu terlihat berdiam di bench, tanpa menyapa atau memberikan gestur simpatik.
Tindakan itu dianggap publik sebagai sikap tidak menghargai perjuangan dan dukungan para fans yang sudah setia hadir di stadion maupun menonton dari rumah.
Tak heran, tagar #KluivertOut sempat menjadi trending di media sosial X (Twitter) dan Instagram. Banyak netizen menilai Kluivert gagal memahami kultur sepak bola Indonesia, di mana hubungan emosional dengan suporter sangat penting.
Anton Sanjoyo: “Alex Pastoor Lebih Layak dan Paham Situasi”
BACA JUGA:Dua Tiket Terakhir Piala Dunia 2026 Zona Asia Diperebutkan: Siapa yang Lolos?
Menurut Anton, Alex Pastoor adalah sosok yang paling realistis untuk menggantikan Kluivert.
Ia sudah lama bekerja di bawah sistem pelatihan Timnas Indonesia, memahami karakter pemain lokal, dan memiliki pengalaman mumpuni di Eropa.
Pastoor dikenal pernah menangani beberapa klub besar di Belanda seperti AZ Alkmaar, NEC Nijmegen, dan Sparta Rotterdam, dengan reputasi sebagai pelatih yang disiplin dan berorientasi pada pengembangan pemain muda.
“CV Alex Pastoor mentereng. Dia punya pengalaman Eropa dan sudah adaptasi dengan atmosfer sepak bola Indonesia. Jadi enggak perlu repot cari pelatih baru atau keluar uang besar,” jelas Anton.
Selain itu, Denny Landzaat, yang kini menjadi bagian dari staf kepelatihan, juga dinilai cocok untuk mendampingi Pastoor sebagai asisten pelatih utama. Kombinasi keduanya disebut bisa memberikan keseimbangan antara strategi modern dan kedekatan dengan pemain.
Desakan Publik dan Masa Depan Timnas Indonesia
Kegagalan ini menjadi cermin penting bagi PSSI untuk memperbaiki arah pembangunan Timnas Indonesia ke depan.
Desakan publik agar ada evaluasi besar-besaran terhadap tim kepelatihan bukan semata karena kecewa, tetapi juga karena ingin melihat sistem yang lebih transparan dan berkelanjutan.
Anton Sanjoyo berharap kegagalan ini tidak menjadi akhir semangat sepak bola Indonesia, melainkan awal dari restrukturisasi besar menuju level yang lebih tinggi.
“Kita belum di level dunia, tapi jangan berhenti. Fokus dulu ke Asia. Di situlah masa depan sepak bola Indonesia dimulai,” tegasnya.
Menurut Anton, dengan pembinaan jangka panjang, penguatan liga domestik, dan pemilihan pelatih yang tepat, Indonesia punya peluang besar untuk menjadi kekuatan baru di Asia dalam beberapa tahun ke depan.
Evaluasi Bukan Sekadar Ganti Pelatih
Anton juga mengingatkan bahwa mengganti pelatih bukan solusi instan. Evaluasi harus menyeluruh, mulai dari struktur organisasi, pelatihan pemain muda, hingga kolaborasi antara klub dan tim nasional.
Namun, langkah awal yang paling jelas adalah mengembalikan kepercayaan publik. Salah satunya dengan menunjukkan bahwa federasi berani mengambil keputusan tegas atas kinerja pelatih yang gagal mencapai target besar seperti Piala Dunia 2026.
“Pergantian pelatih bukan untuk menyalahkan seseorang, tapi memberi ruang untuk pembaruan energi. Kita butuh semangat baru,” kata Anton menutup.
Sumber: