Panel Surya dari Asia Tenggara Terancam Kena Tarif Hingga 3.500 Persen di AS

Panel Surya-ilustrasi-
Apakah Tarif Ini Sudah Final? Belum!
BACA JUGA:Cedera Hantui Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026: Empat Pemain Inti Terancam Absen
Meskipun angka-angka tarif ini sudah diumumkan, keputusan final belum diambil. Komisi Perdagangan Internasional (USITC) akan memberikan penilaian resmi pada Juni 2025.
Komisi ini akan menentukan apakah benar industri dalam negeri AS telah dirugikan secara nyata oleh praktik dumping dan subsidi dari luar negeri.
Kalau USITC menyatakan bahwa kerugian memang terjadi, tarif-tarif ini akan diberlakukan secara permanen. Tapi jika tidak, maka semua sanksi perdagangan ini bisa saja dibatalkan.
Apa Dampaknya bagi Negara Asia Tenggara?
Bagi negara-negara Asia Tenggara, terutama Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Kamboja, ini tentu jadi kabar kurang menyenangkan.
Kawasan ini dikenal sebagai basis produksi utama panel surya global, terutama karena banyak perusahaan Tiongkok memindahkan fasilitas produksi mereka ke sini untuk menghindari tarif sebelumnya yang diberlakukan langsung ke produk buatan China.
Jika tarif ini benar-benar diberlakukan:
-
Volume ekspor panel surya dari kawasan ini ke AS akan anjlok
-
Harga produk jadi tidak kompetitif
-
Pabrik bisa tutup atau merelokasi lagi ke tempat yang lebih aman secara ekonomi
Dan tentu saja, dampaknya bisa merembet ke ratusan ribu pekerja di sektor energi terbarukan di Asia Tenggara.
Sumber: