Kredit Perbankan Tembus Rp7.997 Triliun pada Mei 2025: UMKM Tertinggal, Investasi Ngebut!

Uang Rupiah--
DISWAYKALTENG.ID - Kabar baik datang dari sektor perbankan tanah air. Menurut data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit perbankan nasional mencatat pertumbuhan 8,43% secara tahunan (year on year/YoY) pada Mei 2025, dengan total nilai mencapai Rp7.997,63 triliun.
Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor perbankan masih menunjukkan kinerja positif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Namun, di balik angka pertumbuhan itu, terselip cerita menarik soal kredit UMKM yang tampak mulai tertinggal dibandingkan sektor lain seperti investasi dan korporasi.
Kredit Investasi dan Konsumsi Melaju, UMKM Justru Melambat
Dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) yang digelar Selasa (8/7/2025), Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae mengungkapkan bahwa kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,74% YoY, disusul kredit konsumsi yang tumbuh 8,82%, dan kredit modal kerja hanya naik 4,94%.
"Pertumbuhan kredit UMKM justru hanya 2,17% YoY, karena perbankan saat ini tengah fokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM," ujar Dian.
BACA JUGA:Jadwal Drawing Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026: Timnas Indonesia Siap Hadapi Tantangan Berat!
Dengan kata lain, meski sektor UMKM dikenal sebagai tulang punggung ekonomi nasional, namun akses kredit untuk pelaku usaha kecil dan menengah masih belum maksimal.
Kredit Korporasi Tumbuh Signifikan
Dari sisi debitur, kredit korporasi mencatatkan pertumbuhan tajam sebesar 11,92% YoY, jauh di atas pertumbuhan kredit UMKM.
Hal ini menjadi indikator bahwa perusahaan besar lebih cepat pulih dan kembali ekspansif pascapandemi, sementara UMKM masih harus berjibaku dengan tantangan klasik seperti akses modal, jaminan, dan risiko operasional.
Kantor Cabang Luar Negeri dan DPK Ikut Sumbang Pertumbuhan
Menariknya, kantor cabang bank di luar negeri juga mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi, yakni 11,61% YoY. Ini menunjukkan bahwa ekspansi global bank Indonesia juga berjalan cukup agresif.
Sementara itu, dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 4,29% YoY menjadi Rp9.072 triliun, dengan rincian:
-
Giro tumbuh 5,57%
-
Tabungan naik 5,39%
-
Deposito bertambah 2,31%
Likuiditas Perbankan Tetap Aman, Bahkan Kuat
Kondisi likuiditas perbankan nasional hingga saat ini dinyatakan sangat memadai. Hal ini terlihat dari indikator-indikator berikut:
-
Rasio ALNCD (Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit): 110,33% (jauh di atas ambang batas 50%)
-
Rasio ALDPK (Alat Likuid terhadap DPK): 24,98% (jauh di atas batas aman 10%)
-
Liquidity Coverage Ratio (LCR): 192,41%
Angka-angka ini menunjukkan bahwa sektor perbankan Indonesia memiliki bantalan likuiditas yang sangat kuat untuk menghadapi tekanan jangka pendek.
BACA JUGA:Asyik! Jasa Marga Kasih Diskon Tol 20 Persen Selama Libur Sekolah, Catat Tanggalnya!
Kualitas Aset dan Permodalan Masih Prima
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (NPL gross) tercatat 2,29%, sedangkan NPL net berada di angka 0,85%, masih dalam batas wajar dan terkelola.
Namun, ada sedikit catatan. Rasio Loan at Risk (LAR) tercatat sebesar 9,93%, sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya. Meski demikian, angka ini masih lebih rendah dibandingkan masa pandemi, menandakan pemulihan tetap berjalan.
Dari sisi permodalan, Capital Adequacy Ratio (CAR) masih solid di angka 25,51%. Ini menjadi bantalan kuat bagi industri perbankan menghadapi ketidakpastian global yang terus membayangi.
“Ketahanan perbankan juga tetap kuat, tercermin dari permodalan atau capital adequacy ratio yang berada di level tinggi sebesar 25,51%, menjadi bantalan mitigasi risiko yang sangat kuat,” tegas Dian.
Sumber: