BMKG Peringatkan Kalteng Waspada Banjir Akibat Fenomena La Nina, Curah Hujan Diprediksi Tinggi hingga Februari
Banjir Kalteng-Istimewa-
DISWAYKALTENG.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bagi masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk mewaspadai potensi bencana banjir akibat curah hujan yang meningkat drastis pada akhir tahun ini.
Fenomena La Nina disebut menjadi pemicu utama meningkatnya intensitas hujan di wilayah tersebut.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut BMKG Palangka Raya, Anton Budiyono, menjelaskan bahwa musim hujan di Kalteng kali ini disertai dengan fenomena La Nina, yang menyebabkan intensitas hujan lebih tinggi dari biasanya.
“Musim hujan yang disertai La Nina di Kalteng ini akan membuat terjadinya penambahan curah hujan yang agak lebih tinggi dari biasanya,” ujar Anton saat diwawancarai di Lapangan Barigas, Markas Polda Kalteng, Palangka Raya, Rabu (5/11/2025).
BMKG memprediksi fenomena La Nina ini akan berlangsung hingga Februari 2026, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap siaga terhadap potensi cuaca ekstrem.
“La Nina itu artinya basah atau meningkatkan curah hujan,” tambahnya.
BACA JUGA:Bupati Kobar Serahkan Mobil Ambulans Bantuan Menteri Mukhtarudin
Puncak Musim Hujan Lebih Cepat dari Tahun Sebelumnya
Menurut Anton, sebagian besar wilayah Kalteng saat ini belum melewati puncak musim hujan.
BMKG mencatat bahwa puncak hujan tahun ini terjadi lebih cepat dari biasanya, yakni pada bulan Oktober dan November, dengan intensitas tinggi yang kemungkinan masih akan berlanjut hingga Desember 2025.
“Prediksi kami, puncak musim hujan di tahun 2025-2026 itu di Oktober dan November, Desember juga masih tinggi, tahun ini lebih maju dari biasanya,” jelas Anton.
Perubahan pola cuaca ini menandakan bahwa wilayah Kalimantan Tengah akan mengalami periode basah lebih panjang, sehingga potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor meningkat.
Wilayah Hulu Sungai Jadi Fokus Kewaspadaan
Anton menuturkan, wilayah hulu sungai di Kalteng bagian utara menjadi area yang paling perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan banjir kiriman ke daerah-daerah di dataran rendah.
“Kalau untuk Kalteng hampir seluruh daerah diprediksi terdampak cuaca ekstrem ini, terutama Kalteng bagian utara yang berada di hulu sungai, seperti Murung Raya, Barito Utara, Gunung Mas, dan wilayah sekitarnya, termasuk Seruyan bagian utara,” katanya.
Curah hujan tinggi di daerah hulu dapat menyebabkan luapan air mengalir ke daerah bawah, menimbulkan banjir besar di wilayah seperti Palangka Raya dan kabupaten sekitarnya.
“Itu yang perlu kita waspadai, karena memang daerah-daerah hulu bisa menyebabkan daerah di bawahnya terkena banjir juga, karena karakteristik sungai kita, seperti ada banjir kiriman dari hulu sungai,” tutur Anton.
Imbauan BMKG: Siaga November Hingga Februari
BMKG mengingatkan seluruh pihak, baik masyarakat maupun pemerintah daerah, untuk meningkatkan kewaspadaan sejak November 2025 hingga Februari 2026, karena periode tersebut diprediksi akan menjadi masa dengan curah hujan tertinggi.
Anton juga menekankan pentingnya koordinasi lintas instansi untuk mengantisipasi dampak banjir dan cuaca ekstrem di berbagai daerah.
“Waspada banjir yang datangnya tiba-tiba dan di daerah-daerah yang di bawah hulu agar lebih waspada lagi,” pesannya.
Pemerintah daerah diminta menyiapkan langkah mitigasi, seperti:
-
Pembersihan saluran drainase,
-
Penguatan tanggul di wilayah rawan banjir,
-
Penyediaan posko darurat dan peringatan dini di daerah aliran sungai.
Fenomena La Nina dan Dampaknya bagi Kalimantan Tengah
BACA JUGA:Kapolda Kalteng Evaluasi Kinerja dan Tegaskan Dukungan Program Nasional
Fenomena La Nina sendiri merupakan anomali iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menurun, sehingga memicu peningkatan curah hujan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di Kalimantan Tengah, dampaknya bisa sangat signifikan karena karakteristik geografis provinsi ini yang memiliki banyak sungai besar seperti Sungai Kahayan, Barito, dan Kapuas.
Jika debit air meningkat di wilayah hulu, daerah hilir berpotensi besar mengalami banjir besar, bahkan dalam waktu singkat.
Sumber: