Kontroversi Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia: Keuntungan Tuan Rumah untuk Arab Saudi dan Qatar!

Timnas Indonesia vs Arab Saudi-ilustrasi-
DISWAYKALTENG.ID - Babak penentuan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia belum dimulai, namun panasnya tensi sudah terasa. Enam negara tersisa akan berebut dua tiket otomatis menuju Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Sayangnya, semangat kompetisi itu kini dibayangi oleh kontroversi besar dan tuduhan ketidakadilan yang menyeret nama AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia).
Sumber kegaduhan ini berasal dari keputusan AFC menunjuk Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah dua grup mini di babak penentuan.
Keputusan tersebut memantik protes keras dari empat negara lain Indonesia, Irak, Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang menilai langkah ini melanggar prinsip fair play dan membuat kompetisi menjadi berat sebelah.
BACA JUGA:Harga Tiket Piala Dunia 2026 Tembus Rp106 Juta: Naik Lima Kali Lipat dari 2022
Keputusan AFC Dinilai “Aneh” dan Tidak Transparan
Keputusan AFC untuk memberikan status tuan rumah kepada dua negara peserta aktif membuat banyak pihak mengernyitkan dahi. Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Grup B, sementara Qatar memegang kendali untuk Grup A.
Masalahnya jelas: kedua negara ini masih berkompetisi di grup yang sama dengan lawan-lawan mereka, sehingga otomatis mendapat keuntungan besar — mulai dari dukungan penuh penonton hingga adaptasi kondisi cuaca dan lapangan.
Empat tim lainnya, termasuk Indonesia, mengaku sudah menawarkan diri sebagai tuan rumah alternatif atau setidaknya meminta agar pertandingan digelar di tempat netral, namun semua usulan ditolak tanpa alasan jelas.
Beberapa pengamat sepak bola Asia bahkan menilai AFC seharusnya bisa memilih solusi lebih adil. Misalnya, menukar posisi tuan rumah antargrup agar tidak ada tim yang diuntungkan secara langsung. Namun, keputusan final tetap berpihak pada dua negara Timur Tengah tersebut.
Jadwal Pertandingan Timpang: “6 Hari vs 72 Jam”
Ketidakadilan tidak berhenti di situ. Jadwal pertandingan di dua grup ini juga menciptakan polemik baru.
Arab Saudi dan Qatar mendapatkan waktu istirahat enam hari penuh antara laga pertama dan kedua mereka. Sebaliknya, Indonesia, Irak, Oman, dan UEA hanya mendapat jeda 72 jam untuk memulihkan kondisi fisik sebelum kembali bertanding.
Pelatih Oman, Carlos Queiroz, menjadi salah satu yang paling vokal mengkritik situasi ini.
“Kami bermain melawan Qatar dan tiga hari kemudian sudah harus tampil lagi, sementara mereka (Qatar) punya enam hari istirahat. Mereka sudah tahu hasil pertandingan lain dan bisa menyesuaikan taktiknya. Ini jelas tidak adil,” tegas Queiroz.
Dengan perbedaan jadwal ini, tuan rumah mendapatkan keuntungan strategis besar, baik secara fisik maupun psikologis. Tim-tim tamu bukan hanya harus menghadapi tekanan publik di stadion, tapi juga kelelahan ekstrem dalam waktu singkat.
Sumber: