Disdik Kalteng Wajibkan Kamis Berbahasa Daerah: Langkah Berani Lestarikan Budaya Lokal

Minggu 22-06-2025,20:15 WIB
Reporter : Derry Sutardi
Editor : Derry Sutardi

DISWAYKALTENG.ID - Dalam upaya membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan cinta budaya, Dinas Pendidikan Kalimantan Tengah (Disdik Kalteng) kini tak hanya fokus pada pemerataan fasilitas pendidikan.

Mereka juga tengah menggelorakan sebuah program baru yang bertajuk “Kamis Berbahasa Daerah.”

Program ini mewajibkan seluruh sekolah di Kalimantan Tengah untuk menggunakan bahasa daerah masing-masing setiap hari Kamis, sebagai langkah konkret dalam melestarikan budaya lokal Dayak yang menjadi identitas Bumi Tambun Bungai.

Bahasa Daerah & Atribut Budaya, Hadir Setiap Kamis

Plt Kepala Dinas Pendidikan Kalteng, Muhammad Reza Prabowo, mengungkapkan bahwa kebijakan ini sudah mulai diberlakukan di semua satuan pendidikan, baik tingkat dasar maupun menengah.

“Kita ingin anak-anak bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga memiliki karakter, mindset yang baik, serta attitude yang terpuji. Ini semua harus sejalan dengan upaya pelestarian budaya lokal,” kata Reza saat meninjau SMA Negeri 1 Kuala Kurun, Gunung Mas, Sabtu (21/6/2025).

BACA JUGA:Pemprov Kalteng Larang Ormas Pakai Seragam Mirip TNI-Polri: Siap Ambil Tindakan Tegas!

Selain berbicara dalam bahasa daerah seperti Bahasa Dayak Ngaju, Bakumpai, Manyan, dan lainnya sesuai wilayah masing-masing, peserta didik dan guru juga didorong mengenakan atribut budaya khas Dayak seperti lawung (ikat kepala) atau sumping (hiasan telinga).

Tujuan Utama: Pendidikan Karakter dan Budaya Lokal

Program ini dilatarbelakangi oleh keinginan kuat Disdik Kalteng untuk membangun fondasi pendidikan yang tidak melupakan akar budaya. Muhammad Reza menyebut bahwa karakter dan identitas budaya adalah bagian penting dari kurikulum masa kini.

“Tidak cukup hanya unggul secara akademik, siswa juga harus punya jiwa sosial, kebanggaan terhadap daerahnya, dan rasa hormat terhadap adat budaya,” ujarnya.

Menurutnya, pelestarian budaya bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi mempersiapkan generasi yang siap bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri lokal.

Tantangan: Guru Lintas Daerah dan Adaptasi

Meski program ini disambut antusias oleh banyak sekolah, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah keberagaman latar belakang guru dan siswa, khususnya mereka yang berasal dari luar daerah Kalteng.

“Masih ada guru yang tidak fasih berbahasa daerah setempat. Tapi kami tetap dukung penuh proses adaptasinya,” kata Reza.

Untuk itu, Disdik Kalteng akan secara berkala melakukan edukasi dan evaluasi terhadap implementasi program Kamis Berbahasa Daerah ini. Mereka juga berencana menyusun modul pembelajaran bahasa daerah yang bisa digunakan oleh seluruh guru dan siswa.

BACA JUGA:Pemerataan Wilayah Jadi Fokus Utama RPJMD Kalteng 2025–2029, Zona Timur Jadi Prioritas Khusus

Komitmen Jangka Panjang: Pendidikan Berbasis Budaya

Muhammad Reza menegaskan bahwa perubahan pola pendidikan tidak bisa instan. Ia menyadari, butuh konsistensi dan komitmen jangka panjang dari semua pihak untuk benar-benar menjadikan budaya lokal sebagai bagian dari keseharian pelajar di sekolah.

“Kami optimis, seiring waktu, dunia pendidikan di Kalimantan Tengah akan semakin maju tanpa meninggalkan akar budaya. Yang penting kontinuitas dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan,” tutupnya.

Kategori :