DISWAYKALTENG.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim kemarau sejak awal Mei 2025.
Dalam rilis terbarunya, BMKG memperingatkan adanya potensi cuaca panas ekstrem selama periode transisi musim atau masa pancaroba yang saat ini masih berlangsung di berbagai daerah.
Menurut BMKG, suhu udara cenderung meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir. Wilayah seperti sebagian Sumatera, mayoritas Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, hingga bagian selatan Papua sudah menunjukkan gejala masuknya musim kemarau.
Bahkan, puncak suhu tertinggi tercatat di Juanda, Jawa Timur, mencapai 37,9°C, menjadi salah satu rekor panas yang cukup signifikan.
Pancaroba Masih Berlangsung: Cuaca Tak Menentu Jadi Tantangan
Meski sejumlah wilayah mulai mengalami tanda-tanda musim kemarau, Indonesia masih berada dalam masa pancaroba. Artinya, cuaca panas menyengat di siang hari bisa tiba-tiba berubah menjadi hujan deras di sore atau malam hari.
BACA JUGA:Fenomena Langit Spektakuler Sepanjang Mei 2025: Dari Hujan Meteor Eta Aquarids hingga Lahania Noon!
Kondisi langit yang cerah tanpa awan, posisi semu matahari yang berada dekat dengan garis khatulistiwa, serta angin yang lemah membuat panas matahari lebih mudah terperangkap di permukaan Bumi. Kombinasi ini menjadikan suhu terasa jauh lebih tinggi dari biasanya.
Perkiraan Musim Kemarau 2025: Berlangsung Bertahap hingga Juni
BMKG memperkirakan bahwa musim kemarau akan berlangsung bertahap dari April hingga Juni 2025. Wilayah lain seperti Jawa Barat, Sulawesi, hingga Papua bagian tengah diperkirakan akan mulai mengalami kemarau di bulan Juni.
Namun, tidak semua daerah akan mengalami pola musim yang sama. BMKG mencatat adanya keterlambatan musim kemarau di beberapa wilayah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), serta Merauke.
Di daerah-daerah ini, awal musim kemarau bisa terjadi lebih lambat dibandingkan wilayah lain.
60% Wilayah Alami Kemarau Normal, Sisanya Lebih Basah atau Lebih Kering
Dari hasil analisis cuaca jangka menengah, BMKG memprediksi bahwa:
-
60 persen wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dengan pola normal.
-
26 persen wilayah diperkirakan mengalami musim kemarau lebih basah dari biasanya.
-
14 persen wilayah lainnya justru berpotensi mengalami musim kemarau yang lebih kering.
Kondisi ini menunjukkan bahwa musim kemarau tahun ini cukup bervariasi dan sangat bergantung pada dinamika lokal di masing-masing wilayah.
Puncak Musim Kemarau Juni–Agustus: Lebih Stabil Dibanding 2023
Puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi antara Juni hingga Agustus 2025. Kabar baiknya, fenomena global seperti El Niño, La Niña, dan Indian Ocean Dipole (IOD) berada dalam fase netral, yang berarti kondisi cuaca diprediksi lebih stabil dibandingkan dengan musim kemarau tahun 2023 yang sempat ekstrem akibat dampak El Niño kuat.
BACA JUGA:Anindya Bakrie Optimis Indonesia Bakal Capai Kesepakatan Dagang Baru dengan AS
Meski demikian, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang bisa terjadi secara lokal. Curah hujan tinggi, petir, dan angin kencang masih mungkin terjadi di beberapa wilayah, terutama selama masa peralihan musim ini.
Imbauan BMKG untuk Masyarakat
Agar tetap aman dan nyaman menghadapi musim kemarau dan cuaca panas ekstrem, berikut beberapa imbauan dari BMKG:
-
Minum air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi akibat panas.
-
Gunakan tabir surya dan pelindung diri seperti topi atau payung saat beraktivitas di luar ruangan.
-
Pantau informasi cuaca harian dari BMKG melalui aplikasi resmi atau kanal media sosial.
-
Waspadai kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di wilayah rawan seperti Sumatera dan Kalimantan.