5 Kepribadian Anak yang Bisa Terbentuk Akibat Pola Asuh yang Salah: Orangtua Wajib Waspada dari Sekarang!

5 Kepribadian Anak yang Bisa Terbentuk Akibat Pola Asuh yang Salah: Orangtua Wajib Waspada dari Sekarang!

Anak mandi hujan/ilustrasi-ilustrasi-

DISWAYKALTENG.ID - Membesarkan anak adalah perjalanan panjang penuh cinta, tantangan, dan pembelajaran.

Namun, di balik niat baik orangtua untuk memberikan yang terbaik, ada fakta pahit yang sering tak disadari pola asuh tertentu justru bisa meninggalkan luka psikologis yang membentuk kepribadian anak hingga dewasa.

Anak belajar bukan hanya dari apa yang kita katakan tetapi dari cara kita memperlakukannya setiap hari, bagaimana kita memberi kasih sayang, memberi batasan, merespons kesalahan, atau mendampingi mereka saat gagal.

Orangtua perlu hati-hati, karena dampaknya bisa terbawa seumur hidup.emanjakan, kurang hadir secara emosional, atau terlalu menuntut, bisa membuat anak tumbuh dengan pola pikir dan emosi ekstrem.

Berikut ini ulasan lengkap mengenai 5 tipe kepribadian anak yang terbentuk akibat pola asuh yang salah. Orangtua perlu hati-hati, karena dampaknya bisa terbawa seumur hidup.

1. Kepribadian Narsistik (Narcissistic Personality Disorder / NPD)

Narsistik bukan sekadar anak ‘pede berlebihan’. Ini kondisi ketika seseorang merasa selalu lebih hebat, haus pujian, dan sulit menerima kritik. Mereka ingin menjadi pusat perhatian dan merasa layak diperlakukan secara istimewa.

BACA JUGA:Pemprov Lampung Terapkan Relaksasi Refaksi Ubi Kayu, Petani dan Industri Sepakat Dukung HAP

Apa penyebabnya?
Narsisme pada anak biasanya terbentuk karena pola asuh seperti:

  • Pujian berlebihan tanpa alasan

  • Pengabaian emosional

  • Orangtua terlalu menuntut kesempurnaan

  • Tidak pernah memberi batasan

  • Memenuhi semua keinginan anak tanpa konsekuensi

Akhirnya, anak tumbuh tanpa belajar mawas diri, tidak mengenal kata maaf, dan tidak mampu berempati.

Ciri-ciri anak dengan kecenderungan NPD antara lain:

  • Merasa dirinya paling hebat

  • Sering berfantasi tentang kesuksesan dan kekuasaan

  • Merasa hanya cocok bergaul dengan “orang setara”

  • Selalu mencari pujian

  • Merasa berhak diperlakukan spesial

  • Manipulatif

  • Tidak peka terhadap perasaan orang lain

  • Mudah iri

  • Bersikap meremehkan orang lain

Jika tidak ditangani, narsisme bisa merusak hubungan sosial anak saat dewasa.

2. Kepribadian Rendah Diri (Insecure)

Berbanding terbalik dengan narsistik, anak insecure tumbuh dengan harga diri yang rendah, merasa tidak cukup, sering takut salah, pemalu, dan penuh kecemasan.

Insecure bukan hanya fase—ini bisa menjadi pola pikir permanen.

Penyebab utama anak tumbuh menjadi insecure antara lain:

  • Orangtua terlalu sering mengkritik

  • Jarang dipuji atau diapresiasi

  • Dibanding-bandingkan dengan saudara atau anak lain

  • Orangtua tidak hadir secara emosional

  • Tumbuh di lingkungan penuh tekanan

  • Terlalu sering dilarang, ditakut-takuti, atau diabaikan

Anak belajar bahwa dirinya tidak cukup baik, sehingga takut mencoba atau mengambil risiko.

Ciri-ciri anak insecure:

  • Mudah merasa bersalah

  • Takut melakukan kesalahan

  • Sering cemas dan overthinking

  • Merasa tidak pantas mendapatkan hal baik

  • Selalu membandingkan diri

  • Sulit percaya diri di lingkungan baru

Ini “bom waktu” yang bisa terbawa hingga dewasa.

3. Kepribadian Perfeksionis Berlebihan

BACA JUGA:Penyalaan Perdana Lampu Natal 2025 di Bundaran Besar, Pemprov Ajak Warga Maknai Terang sebagai Pengharapan

Anak yang selalu ingin sempurna sering terlihat rajin dan berbakat. Namun, kalau akarnya berasal dari pola asuh salah, perfeksionisme berubah menjadi beban berat.

Ini sering muncul akibat:

  • Orangtua hanya memuji hasil, bukan proses

  • Tekanan berlebihan untuk berprestasi

  • Hukuman saat anak gagal

  • Ekspektasi tinggi tanpa ruang untuk berbuat salah

Dampaknya:

  • Anak takut salah

  • Sulit menerima kegagalan

  • Tidak menikmati proses belajar

  • Sering stres dan tegang

  • Cenderung mengkritik diri sendiri

Perfeksionisme ekstrem dapat memicu kecemasan dan burnout sejak usia muda.

4. Kepribadian People Pleaser (Selalu Ingin Menyenangkan Orang)

Tipe ini tumbuh dari pola asuh yang menuntut anak untuk selalu patuh demi “membuat orangtua senang”.

Biasanya terbentuk karena:

  • Orangtua mudah marah

  • Anak sering diminta “jangan mengecewakan orang lain”

  • Kurang diajarkan batasan diri

  • Anak hanya dipuji saat bersikap “manis”

Ciri-cirinya:

  • Sulit berkata “tidak”

  • Selalu mendahulukan orang lain

  • Takut dikritik atau ditolak

  • Mengorbankan kebutuhan diri

  • Mudah dimanfaatkan

People pleaser rawan mengalami burnout sosial saat dewasa.

5. Kepribadian Pemberontak atau Agresif

Pada ujung lain, pola asuh keras bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang melawan, cepat marah, dan sulit diatur.

Ini biasanya muncul akibat:

  • Hukuman fisik

  • Teriakan dan makian

  • Kurangnya kasih sayang dan validasi emosi

  • Orangtua terlalu otoriter

Gejalanya:

  • Mudah tersinggung

  • Tidak mau diatur

  • Suka menantang otoritas

  • Emosi meledak-ledak

  • Sulit bekerja sama

Anak semacam ini sebenarnya lapar cinta—namun mengekspresikan luka batin lewat agresi.

Sumber: