DISWAYKALTENG.ID - Bank Indonesia (BI) membuka sinyal kuat bahwa suku bunga acuan atau BI Rate berpotensi dipangkas kembali pada sisa tahun 2025.
Opsi pelonggaran moneter ini muncul setelah mempertimbangkan kondisi inflasi yang terus melandai serta nilai tukar rupiah yang semakin stabil dalam beberapa bulan terakhir.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) BI, Firman Mochtar, menegaskan bahwa ruang untuk menurunkan BI Rate masih terbuka lebar jika situasi makroekonomi mendukung.
“Inflasi targetnya kan 1,5% sampai 3,5%. Sekarang kami meyakini inflasi ke depan akan turun di bawah 2,5%,” ujar Firman saat Taklimat Media BI di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Inflasi Terkendali, BI Semakin Optimis
Inflasi merupakan indikator penting bagi bank sentral dalam menentukan arah kebijakan suku bunga. Dengan tren inflasi yang tetap rendah, BI menilai ada cukup ruang untuk memberikan stimulus tambahan bagi perekonomian melalui pemangkasan bunga.
Target inflasi BI tahun ini berada di kisaran 1,5%–3,5%, dan proyeksi terbaru menyebutkan bahwa angka inflasi bisa turun di bawah 2,5% pada kuartal IV/2025. Ini merupakan sinyal positif bagi pelaku pasar dan dunia usaha.
Rupiah Kembali Menguat, Buka Jalan Pelonggaran Moneter
Di sisi lain, nilai tukar rupiah menunjukkan perbaikan signifikan. Setelah sempat tertekan hingga Rp16.700 per dolar AS pada April lalu, kini rupiah menguat ke kisaran Rp16.200–Rp16.300 per dolar AS.
Menurut Firman, kestabilan rupiah menjadi salah satu faktor utama yang memungkinkan pelonggaran kebijakan moneter tanpa risiko besar terhadap stabilitas eksternal.
“Ini lah yang membuat kita akan lihat lagi ke depan. Masih ada ruang untuk menurunkan itu (suku bunga), tapi tentu tergantung perkembangan global,” jelasnya.
BI Rate Sudah Turun Tiga Kali Tahun Ini
Sepanjang 2025, Bank Indonesia sudah tiga kali memangkas suku bunga acuan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). Pemangkasan dilakukan pada bulan Januari, Mei, dan Juli 2025, hingga saat ini BI Rate berada di level 5,25%.
Kebijakan ini diambil sebagai respons terhadap tekanan eksternal global, ketidakpastian ekonomi, serta untuk menjaga momentum pertumbuhan domestik.
Tujuan Utama: Dorong Kredit dan Pemulihan Ekonomi
BI berharap pelonggaran suku bunga mampu mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit lebih agresif, terutama kepada sektor produktif seperti UMKM, industri pengolahan, dan properti.
Dengan suku bunga lebih rendah, masyarakat juga diharapkan lebih terdorong untuk konsumsi dan investasi, sehingga pemulihan ekonomi nasional bisa tetap terjaga.
Tantangan Global Tetap Diwaspadai
BACA JUGA:Jonatan Christie Bangkit! Libas Wakil Singapura di China Open 2025 demi Hapus Trauma Cedera
Meski kondisi dalam negeri cukup kondusif, Bank Indonesia tetap menaruh perhatian besar terhadap faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas global.
“Kita tetap harus hati-hati. Karena kalau ada tekanan dari global, terutama dari arah The Fed yang belum pasti kapan akan menurunkan suku bunga, itu bisa berpengaruh ke arus modal,” kata Firman.
Apa Artinya untuk Masyarakat dan Dunia Usaha?
Jika BI kembali memangkas suku bunga, maka masyarakat bisa merasakan efeknya melalui:
-
Turunnya bunga KPR dan kredit kendaraan
-
Biaya modal yang lebih murah bagi pelaku usaha
-
Peningkatan daya beli masyarakat
Namun perlu dicatat, dampaknya ke sektor riil biasanya butuh waktu beberapa bulan. Oleh karena itu, kejelian memanfaatkan momen pelonggaran moneter ini sangat penting bagi pelaku ekonomi.