DISWAYKALTENG.ID - Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia kini semakin konkret. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) melalui Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Aryo Djojohadikusumo, mengusulkan agar pemerintah menggandeng Kanada dan Korea Selatan sebagai mitra strategis dalam proyek energi nuklir ini.
Menurut Aryo, kedua negara tersebut dinilai memiliki pengalaman panjang, teknologi mutakhir, serta cadangan uranium yang besar, serupa dengan Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok yang selama ini mendominasi industri nuklir global.
“Rencana pembangunan PLTN di Indonesia menarik untuk dibahas, terutama pengembangannya dalam skala kecil atau Small Modular Reactor (SMR),” kata Aryo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/7/2025).
PLTN: Solusi Efisiensi Energi Masa Depan
BACA JUGA:BMKG Ungkap Daftar Wilayah dengan Suhu Terdingin di Indonesia Awal Juli 2025, Bukan Karena Aphelion!
Aryo menegaskan bahwa energi nuklir merupakan sumber energi masa depan yang efisien, murah, dan ramah lingkungan. Di tengah urgensi transisi energi dari bahan bakar fosil, nuklir diyakini bisa menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional.
Namun, dia juga menyoroti pentingnya sosialisasi masif kepada masyarakat guna menghilangkan stigma dan kekhawatiran yang masih melekat pada penggunaan energi nuklir di Indonesia.
PLTN Masuk RUPTL, Target Operasi Tahun 2032
Pemerintah sendiri telah memasukkan pembangunan PLTN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, dengan target pembangkit pertama beroperasi pada 2032. Kapasitas awal PLTN Indonesia diproyeksikan sebesar 500 megawatt (MW).
Menariknya, minat terhadap proyek ini tidak hanya datang dari luar negeri. PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) dikabarkan siap ikut mengembangkan proyek strategis ini.
“Saya dapat info dari Dirut PNRE bahwa mereka juga mau terlibat dalam proyek PLTN. Tentu ini menggembirakan, karena PNRE akan berkontribusi langsung dalam proyek transisi energi nasional,” ungkap Aryo dalam forum Energy Insight Forum.
Potensi Uranium Kalimantan Barat Jadi Harapan Baru
Tak hanya soal kerja sama luar negeri, Indonesia juga memiliki potensi uranium dan thorium di dalam negeri. Lokasinya berada di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, dengan cadangan uranium yang diperkirakan mencapai 24.112 ton menurut data Atlas Geologi Sumber Daya Mineral dan Energi Kalbar.
Saat ini, Kementerian ESDM sedang menyiapkan aturan terkait pengolahan uranium dan thorium sebagai bahan baku PLTN. Namun, pemanfaatannya masih menunggu studi kelayakan dan kepastian regulasi.
Aturan Hukum dan Tahapan Pembangunan PLTN
Pengembangan PLTN di Indonesia sudah memiliki dasar hukum yang cukup jelas. Di antaranya:
-
Undang-Undang No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran
-
Peraturan Pemerintah No. 2/2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir
-
Tercantum dalam RUPTL 2025–2034
Namun demikian, implementasinya tetap memerlukan kehati-hatian, mengingat isu keselamatan, limbah radioaktif, dan peran Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang krusial dalam pengawasan.
BACA JUGA:Naturalisasi 4 Pemain Timnas Dipercepat, Mauro Zijlstra hingga Tiga Srikandi Garuda Pertiwi Siap Bela Indonesi
Siapa yang Untung dari Proyek Nuklir Ini?
Dengan melibatkan sektor swasta dan asing, serta potensi sumber daya alam lokal, proyek ini menyimpan harapan besar. Namun publik tentu bertanya: siapa yang benar-benar diuntungkan?
Apabila dikelola transparan, PLTN berpotensi:
-
Menurunkan biaya produksi listrik secara signifikan
-
Memberikan akses energi yang stabil dan bersih untuk industri
-
Mendorong lapangan kerja baru di sektor teknologi tinggi
-
Meningkatkan kemandirian energi nasional
Namun jika salah urus, risiko sosial, ekonomi, hingga lingkungan bisa menjadi bumerang. Maka, sinergi antara pemerintah, sektor industri, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci sukses proyek ambisius ini.
Harapan Indonesia Jadi Pemain Utama Energi Nuklir di Asia
Usulan kerja sama dengan Kanada dan Korea Selatan, keikutsertaan PNRE, serta potensi uranium Kalimantan menjadikan Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemain baru di peta energi nuklir Asia.