DISWAYKALTENG.ID - Protein adalah salah satu nutrisi paling penting bagi tubuh. Fungsinya tidak main-main, membangun otot, memperbaiki jaringan tubuh, menjaga tulang tetap kuat, hingga mendukung berbagai proses metabolisme.
Namun, meskipun sangat bermanfaat, konsumsi protein tetap ada batasnya. Kebutuhan protein harian setiap orang berbeda tergantung usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas fisik.
Sayangnya, banyak orang yang mengonsumsi protein berlebihan terutama mereka yang sedang diet tinggi protein atau ingin cepat membentuk tubuh.
Padahal, kelebihan protein justru dapat memunculkan sejumlah efek samping yang membahayakan kesehatan.
Berikut ringkasan lengkap 7 dampak buruk konsumsi protein berlebihan, dikutip dari WebMD dan sejumlah penelitian internasional.
1. Kenaikan Berat Badan
Banyak orang percaya bahwa diet tinggi protein bisa menurunkan berat badan. Benar tapi hanya dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang, protein yang tidak digunakan tubuh justru akan diubah menjadi lemak, dan ini berpotensi meningkatkan berat badan.
Sebuah studi dalam Clinical Nutrition Journal (2016) menemukan bahwa mengganti karbohidrat dengan protein dapat menyebabkan peningkatan berat badan seiring waktu. Jadi, makan banyak protein bukan berarti aman dari risiko obesitas.
2. Dehidrasi
Kelebihan protein dapat meningkatkan beban kerja ginjal, sehingga tubuh mengeluarkan lebih banyak cairan. Inilah yang membuat beberapa orang lebih mudah mengalami dehidrasi.
Studi terhadap atlet menunjukkan bahwa konsumsi protein terlalu tinggi membuat tubuh kehilangan lebih banyak cairan.
Meski penelitian lain menyebutkan diet tinggi protein tidak selalu menimbulkan dehidrasi pada pria sehat, tetap penting untuk memenuhi kebutuhan minum agar tidak kekurangan cairan.
3. Risiko Kerusakan Ginjal
Dampak ini menjadi salah satu yang paling sering diperbincangkan.
Bagi orang yang memiliki riwayat penyakit ginjal, konsumsi protein berlebihan bisa memperburuk kondisi tersebut.
Penelitian dalam Journal of the American Society of Nephrology (2020) menyebutkan bahwa diet tinggi protein dapat mempercepat kerusakan ginjal pada penderita penyakit ginjal kronis.
Untuk orang dengan ginjal sehat, risikonya tidak sebesar itu, tetapi tetap disarankan untuk berhati-hati dan tidak mengonsumsi protein secara berlebihan setiap hari.
4. Masalah Pencernaan
Diet tinggi protein biasanya memangkas karbohidrat.
Masalahnya, karbohidrat adalah sumber utama serat. Rendahnya asupan serat bisa menyebabkan:
-
Sembelit
-
Sulit buang air besar
-
Perut kembung
Sementara konsumsi produk susu berlebih dapat memicu diare, terutama pada orang yang intoleransi laktosa.
Makanan berlemak dan daging goreng dalam pola makan tinggi protein juga bisa mengganggu kesehatan pencernaan.
5. Bau Mulut (Halitosis)
Ini adalah efek samping yang cukup mengganggu, bahkan memengaruhi rasa percaya diri.
Ketika seseorang mengonsumsi protein secara berlebihan dan mengurangi karbohidrat, tubuh akan masuk dalam kondisi ketosis.
Proses ini menghasilkan senyawa yang disebut keton—dan keton memiliki aroma tidak sedap.
Akibatnya, bau mulut sulit hilang meski sudah menjaga kebersihan gigi dan mulut.
6. Meningkatkan Risiko Kanker
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara konsumsi daging merah tinggi (sebagai sumber protein) dengan risiko penyakit kanker.
Jenis kanker yang dikaitkan antara lain:
-
Kanker usus besar
-
Kanker payudara
-
Kanker prostat
Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan hormon, bahan kimia karsinogenik, serta lemak dalam daging merah.
Karena itu, para ahli menyarankan untuk mengombinasikan sumber protein dari ikan, kacang-kacangan, dan protein nabati yang lebih aman dan menyehatkan.
7. Memicu Penyakit Jantung
Diet tinggi protein yang didominasi daging merah atau produk susu berlemak tinggi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.
Kandungan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan tersebut dapat memicu penyumbatan pembuluh darah.
Penelitian pada 2010 menunjukkan bahwa wanita yang sering mengonsumsi daging merah dan produk susu penuh lemak memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung koroner.
Sebaliknya, konsumsi:
-
ikan,
-
unggas,
-
kacang-kacangan,
justru berpotensi menurunkan risiko penyakit jantung.